Langkanya Kejujuran Dalam Pendidikan

 Langkanya Kejujuran Dalam Pendidikan - Kejujuran tengah hangat diperbincangkan saat ini. Sifat yang sangat diharapkan dan diteladani untuk menjalani kehidupan. Tapi siapa sangka sifat ini menjadi sebuah barang langka dan bila dia muncul dengan tiba-tiba akan mencuat bagai banjir yang ingin menghanyutkan segalanya, banyak orang takut, menghindari, membenci, dan mengecamnya. Tapi bukankah kita tahu dan memahami bahwa itu semua karena ulah manusia sendiri, Sang Pencipta sudah memberikan sumber daya alam yang begitu melimpah, alam yang indah dan mempesona, bahkan apapun yang kita butuhkan sandang, pangan, papan, dan obat sekalipun telah tersedia. Tapi apa yang dilakukan oleh insan penuh khilaf kita hanya bisa menikmati tanpa melihat akibat yang akan timbul dari itu semua. Bukankah banjir yang kita kecam itu semua ulah sosok tak bertanggung jawab.

Banjir itu bagaikan ancaman keamanan bagi pihak-pihak yang mendukung “mencontek massal” yang tengah aktual saat ini. Seorang anak karena kejujurannya telah menjadi korban masyarakat tak beradab. Sebuah kejujuran dari seorang anak yang ingin mengikuti suara hati, tidak mengikuti instruksi untuk memberikan contekan kepada teman-temannya. Dan hal ini dilaporkan orangtuanya kepada pihak yang berwajib. Tapi apa yang mereka dapat dari lingkungan sekitar ia dan keluarganya ocehan, makian, omelan bahkan pengusiran tempat tinggal. Sungguh ini adalah kenyataan yang tak dapat dipercaya sebuah kejujuran yang mendatangkan bencana.

Mungkin itu hanya salah satu contoh yang terungkap, berapa banyak lagi fakta-fakta yang serupa tapi tak terekspos dalam media. Mencontek massal yang dilakukan banyak sekolah sebenarnya tidak luput dari sebuah kasih sayang dan kepedulian seorang guru kepada buah hatinya di sekolah yaitu murid-murid tercinta.

Mereka melakukan itu karena mengetahui akan kemampuan buah hati sehingga mengambil jalan yang tak patut dicontoh. Sikap yang sangat dihindari dan dijauhi oleh kalangan para pendidik yaitu mencontek karena ini sama saja pembohongan kemampuan anak yang akan berakibat kurang baik terhadap keberhasilan anak dalam mencapai kesuksesan dengan kemurnian potensinya. Tetapi aplikasi dari kasih sayang ini tidak dapat dibenarkan karena telah membohongi banyak kalangan. Mau jadi apa bangsa ini bila kelahiran bangsanya berawal dari pendidikan mencontek. Mengawali kesuksesan dengan pencurian, pencurian yang dilakukan tanpa merasa berdosa karena dilakukan banyak orang dan diinstruksikan oleh orang yang biasa mereka teladani sehari-harinya.

Melihat semua ini kita tidak bisa menyalahkan generasi penerus bila mereka tak bertanggung jawab dengan kesuksesannya karena generasi sekaranglah yang merancang semua itu.

Akan jadi apa pendidikan di Indonesia bila semua ini dibiarkan, apakah cukup hanya dengan membicarakan tanpa aksi yang nyata. Sungguh kesuksesan adalah harapan yang didambakan semua orang tapi hal ini akan terwujud dengan baik bila diawali dengan yang baik pula. Kejujuran adalah tingkat kecerdasan emosi seseorang. Orang yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi belum tentu memiliki kecerdasan emosi yang tinggi pula. Ini terbukti dengan para wakil rakyat yang memiliki intelektual tinggi tetapi tidak diikuti dengan emosi yang cerdas sehingga banyak orang yang tak bisa mengendalikan kecerdasannya.

Lalu apa yang harus kita lakukan dengan pendidikan di Indonesia? “Membudayakan mencontekkah dengan harapan kesuksesan yang cepat atau membudayakan kejujuran meraih kesuksesan melalui sebuah proses dengan harapan generasi yang jujur dan berpotensi tinggi???
Oleh :
SYAFRINA AHDA
Jakarta Selatan
syahdan_nieez@yahoo.com

17 comments :

  1. kita sangat membutuhkan orang2 yg jujur
    sayangnya hal itu kadang tidak didukung oleh lingkungan sekitarnya.
    semoga pendidikan Indonesia makin jujur

    ReplyDelete
  2. iya mas memang sangat langka menemukan kejujuran....

    ReplyDelete
  3. Jaman sekarang memanglangka orang yang jujur

    ReplyDelete
  4. sekarang nggak ada sob orang yang jujur

    ReplyDelete
  5. Ya semakin langka,, lha wong sering dimusnahkan. Contohnya ya seperti yang banyak kita lihat sekarang. mau jujur hrus mengorbankan segalanya...

    ReplyDelete
  6. aduh2 padahal kalo mencontek nt kita bakalan gak dapat ilmu apa2 -___-"

    ReplyDelete
  7. @dataku:ship benar sob

    @free download:yaa ada tp jarang

    @blog keluarga kesehatan: kesulitan mencari kejujuran...

    @Corat - Coret [Ria Nugroho]:benar mbak cuma dapat nilai saja

    ReplyDelete
  8. kalo sekolah saja tidak mengajarkan kejujuran, terus akan dikemanakan generasi muda sekarang, mudah -mudahan ini hanyalah sebuah "kecelakaan" saja, semoga

    ReplyDelete
  9. Assalamu'alaikum mas...pa kabar?
    sebuah kenyataan yang menghiris hati, ada nyontek massal, sms massal dari dang guru. betul-betul tak mendidik untuk jujur..

    ReplyDelete
  10. hehe...sory maksudku "sang guru"

    ReplyDelete
  11. Tlng Linkback saya ya... Thanks be4.. krn saya baru dapat beli kontrakan baru nieh..

    ReplyDelete
  12. meskipun langka orang yang benar2 berbuat jujur, tetapi kejujuran tuh sebuah nilai yang wajib diperjuangkan.. habis-habisan, apa jadinya kalo semua yang ngak jujur di biarkan saja?

    ReplyDelete
  13. meski langka namun saya percaya kalau masih ada orang2 yg benar2 jujur.. sangat memprihatinkan saat ketidak jujuran itu terjadi dilingkup sekolah atau tempat untuk belajar dimana harusnya disana mulai menanamkan nilai2 kejujuran..

    ReplyDelete
  14. linknya sudah terpasang, maaf mas telat :D

    ReplyDelete
  15. semoga kelangkaan kejujuran itu dapat diminimalisir
    kalo bisa tidak ada yg tidak jujur lagi

    ReplyDelete
  16. Lanjutkan harapan yang masih ada, bahwa kejujuran masih ada dimuka bumi ini...

    ReplyDelete
  17. Kita tentunya prihatin dengan fakta seperti ini. GuRu adalah 'diguGU lan ditiRU'. 'Guru kencing berdiri, murid kencing berlari'. Kehidupan di dunia ini memang penuh dinamika dan 'gejolak'. 'Jalan yang lurus' amat berat untuk ditempuh. Jalannya terus menanjak dan banyak begalnya. Banyak yang berbalik arah mengurungkan niatnya untuk menuju 'puncak'. Sedangkan 'jalan yang bengkok' begitu mulus dan lancar. Banyak yang memadati jalannya walau akhirnya menuju ke 'jurang yang dalam dan gelap'. Cara yang instan untuk mendapatkan sesuatu menjadi salah satu pilihan. Mencontek pun 'legal' untuk dilakukan. Kita berharap para anak didik tidak melakukan hal tidak terpuji tersebut. Belajar lah yang rajin, sungguh-sungguh, mohon doa restu ibu bapak, dan memohon kesuksesan dari yang Maha Kuasa.

    ReplyDelete